Sudahkah Kita Peduli TBC?


Hai gaes! Di postingan blog kali ini saya akan berbagi tentang penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit TBC atau seringkali hanya disingkat TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menyebar melalui udara misalkan melalui dahak orang batuk. Namun bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari.

Siapa yang menemukan pertama kali bakteri tuberkulosis?




Namanya Robert Koch. Lengkapnya, Robert Heinrich Herman Koch. Ia orang Jerman. Ia dianggap sebagai Bapak Bakateriologi Modern. Ia mendaptkan hadiah nobel pada tahun 1905 di bidang Fisiologi dan Kedokteran karena penemuan bakteri Tuberkulosis. Om Koch saya memanggilnya, menemukan bakteri TB pada tahun 1882. 

Mau lihat penampakan bakteri TB? Lihat di bawah ini.

Mycobacterium tuberculosis dilihat menggunakan mikroskop elektron.

TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Percaya gak?


Grafik diatas saya ambil dari website WHO. Penyakit Tuberkulosis berada pada peringkat ke 9 dari 10 penyakit mematikan di dunia pada tahun 2015.

Pada tahun 2016 jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian 1,7 juta orang. Lebih dari 95% kematian pada penderita TB terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Indonesia merupakan negara dengan peringkat kedua setelah India. Ada 1.020.000 penderita TB di Indonesia dengan 274 kasus kematian.

TB tidak hanya menyerang paru-paru. Tetapi juga selaput otak, usus, tulang, kelenjar getah bening di leher dan ketiak.


Gejala Orang yang Menderita TB

1. Batuk berdahak dua minggu tak berhenti
2. Batuk berdarah (tapi tidak semua TB batuk berdarah)
3. Sesak napas dan nyeri
4. Nafsu makan menurun
5. Berat badan menurun
6. Demam tidak teratur
7. Keringat malam

Jika ada tanda-tanda seperti diatas baik di diri kamu, saudara kamu ataupun teman kamu, maka segera periksakan ke dokter ya gaes. Ini bukan kata saya, ini kata dokter Erlina Burhan, dokter spesialis penyakit paru.



Mengapa Harus Segera Berobat?

Jika tidak segera berobat, maka akibatnya bakteri TB akan terus berkembang dan bisa menyerang organ-organ lain. Tidak hanya paru-paru, tetapi juga bisa ke tulang, selaput otak maupun kelenjar getah bening. Jangan khawatir, di puskesmas atau rumah sakit pemerintah menyediakan obat TB secara gratis.

Berobat Hingga Tuntas

Mengobati TB harus hingga tuntas. Jika tidak, maka bakteri TB akan bermutasi dan akhirnya resisten atau kebal terhadap obat. Mba Uli anggota Pejuang Tangguh yang juga mantan penderita TB menceritakan pengalaman hidupnya.

"Saya dari usia 10 tahun sudah menderita TB, kemudian kambuh lagi dan semakin parah pada tahun 2006. Hal ini karena saya sempat berhenti minum obat. Kemudian pengobatan lagi. Suntik 2 bulan. Sembuh. Kemudian kambuh lagi dengan kategori TB MDR. Obat-obat generik sudah tidak mempan. Butuh obat dengan dosis tinggi. Pengobatan 23 bulan lagi dengan 15 butir obat setiap hari. Efek samping terberat yang saya hadapi adalah depresi. Rasa ingin menyerah dan pasrah jika memang harus meninggal hari itu juga. Namun saat melihat keluarga yang terus support , tidak ada alasan bagi saya untuk menyerah. Hingga akhirnya saya sembuh, Maret 2013 hingga sekarang," kenang Uli.



#PeduliKitaPeduliTBC

Kepedulian terhadap TBC perlu disebarluaskan. Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI), USAID dan para pemerhati TB di Indonesia mengkampanyekan #PeduliKitaPeduliTBC. Bertempat di Car Free Day, FX Sudirman, Minggu, 25 Maret 2018 berlangsung live mural art, flash mob, deklarasi peduli TBC, dan media gathering 

"Semua harus mulai peduli. Peduli dari diri sendiri untuk hidup sehat dan mengajak orang lain hidup sehat." ajak Vino kepada para wartawan dan blogger. "Saya sangat suka air putih." jawab Reza saat ditanya tentang gaya hidup sehat. "TB itu bisa disembuhkan dan bisa dicegah," jelas dokter Erlina.



Sumber gambar: wikipedia, microbiologyinpictures, who, khanacademy, dokumenpribadi.


Komentar

  1. Yuk kita sebarkan #PeduliKitaPeduliTBC, karena penyakit TB dapat disembuhkan

    BalasHapus
  2. Harus lebih waspada ya kita sekarang. Harus peduli juga dengan TBc. Smg penderita TBC di Indonesia semakin berkurang

    BalasHapus
  3. Gak nyangka kalo TBC separah itu,,banyak orang yang masih kurang paham tentang TBC termasuk aku sendiri..yukk kita sebarkan kepedulian kita biar indonesia terbebas dari TBC

    BalasHapus

Posting Komentar