Marah merupakan hal yang lumrah
dialami setiap orang. Kegiatan tersebut merupakan pelampiasan dari hal-hal yang
tidak menyenangkan, baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Contoh, ketika
kita sakit gigi, biasanya kita mudah marah. Mendengar orang berbicara keras
sedikit kepada kita, langsung emosi. Atau ketika kita sedang sehat-sehatnya,
namun ada orang yang sangat menyebalkan, emosi kita pun meningkat.
Ada beberapa cara yang biasa saya
lakukan untuk menenangkan diri:
1. Tarik Napas Dalam-Dalam, Hembuskan
Ketika
tiba-tiba ada orang yang membuat kita kesal. Maka jangan langsung marah. Kita
bisa menarik napas panjang, kemudian hembuskan. Lakukan ini sampai keadaan
tenang.
Orang yang
marah biasanya detak jantung akan meningkat. Nah, sambil menarik napas dalam-dalam,
kita juga bisa memegang dada kita dan rasakan detak jantung. Selain mampu menenangkan
diri, kegiatan ini juga mampu mengembalikan fokus pikiran kita.
![]() |
Senyum yuk! |
2. Tersenyum
Senyum adalah kegiatan yang menyenangkan. Senyum merupakan cara saya untuk memafkan orang yang membuat kita kesal. Sebelum ke taraf
memafkan ada level memahami. Tersenyum, membuat kita belajar untuk memahami
seseorang, bahwa ada yang salah dengan mereka sehingga mereka melakukan hal
yang tidak baik terhadap diri kita. Setelah kita paham, biasanya kita bisa
memafkan.
Nah, memang tidak mudah ketika diri sedang marah,
kemudian tersenyum. Biasanya yang keluar adalah senyum terpaksa. Memang, kegiatan
ini membutuhkan latihan. Namun jika kita sudah terbiasa, hati kita akan terasa
lebih lapang.
![]() |
3. Zikir, Wudhu, Sholat
Berdasarkan ajaran agama Islam, berzikir, berwudhu dan
sholat adalah kegiatan yang mampu meredam amarah. Mengingat Allah menjadikan
diri kita lebih tenang. Zikir yang biasa dilakukan bisa dimulai dengan membaca
taawudz. Audzu billahi minasy syaithonir
rojim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).
Berwudhu juga merupakan anjuran Rasullah “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan
tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah,
berwudhulah” (HR. Ahmad).
Setelah itu sholat. ”Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah
engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya?
Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud) (HR. Tirmidzi)
![]() |
Namun kalau dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk berwudhu dan sholat, bisa dicoba untuk melakukan yang bisa dilakukan
dimana saja. Pertama yaitu mengubah posisi (dari diri menjadi duduk, atau dari
duduk menjadi tiduran. Kedua, diam.
“Kalau kalian marah
maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka berbaringlah” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits lain, “Ajarilah (orang
lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah”
(HR. Ahmad).
4. Lari Jarak Jauh
Ketika ada
orang yang membuat kita kesal, kemudian kita langsung lari jarak jauh,
Jakarta-Papua. Bukan. Lari jarak jauh memang bukan cara meredam emosi namun lebih
tepatnya cara menahan emosi dan melatih kesabaran.
Contoh ketika
saya mengikuti lari 25 KM, saat itu saya merasa sangat lelah dan kesal. Tidak
sedikit pelari yang menyalip saya dari belakang dan meninggalkan saya dengan
jarak yang jauh. Saya pun sempat mengeluh. “Dimana
garis finishnya? Kapan sampenya?” Kaki sudah mau keram, badan sudah lelah
dan merasa seperti masuk angin. Namun saat itu
saya mencoba bersabar. “Jika ada garis start, maka ada garis finish. Jika ada laki-laki
jomblo, maka ada perempuan jomblo.” Maaf
yang terakhir, agak baper.
Ketenangan
pikiran dan hati menjadi kunci untuk menyelesaikan lari jarak jauh. Tanpa
ketenangan, maka yang muncul adalah kecemasan. Muncullah emosi yang tidak teratur. Ada
dua pilihan, segera menyelesaikan pertandingan dengan berhenti atau lari
kencang kemudian keram dan berhenti.
Saya tidak mengambil kedua pilihan mengenaskan itu. Rasa cemas yang datang, saya tendang jauh-jauh. Apalagi ketika melihat ada pelari lain yang
keram dan tidak mampu melanjutkan pertandingan di kilometer 15. "Ingat saya harus
sabar. Kenali kemampuan diri dan tidak tergesa-gesa." Saya pun mulai kembali tenang. Saking tenangnya, saat itu
saya mampu mendengar hembusan nafas dan denyut jantung di dada.
Tak terasa,
garis finish sudah di depan mata. Dan tulisan ini pun berakhir sampai disini.
lari emang butuh kesabaran.. apalagi jika jaraknya lumayan jauh.. kayagnya saya harus berlatih lari juga biar bisa sabar.
BalasHapusayo mba Ike dicoba.
HapusItu ada huruf A cakep banget buat sekedar berbaring dan melupakan masalah.
BalasHapusmulai latihan lari ahhhh...
BalasHapusyuk mba Agatha....
Hapus