Mengunjungi Pameran Seni Berbahan Pelepah Batang Pisang

Mengunjungi pameran seni adalah salah satu cara saya untuk merefresh diri. Selain itu mengunjungi pameran seni, juga merupakan sarana bermeditasi dan mencari ide-ide baru.



Selasa (4/7) saya mengunjungi Galeri Cipta 2, yang letaknya bersebelahan dengan gedung Perpustakaan Daerah di Taman Ismail Marzuki, Cikini. Sebenarnya tujuan awal saya adalah ke Perpusda. Namun karena saya melihat spanduk di depan Galeri Cipta 2, saya jadi tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut setelah saya ke perpustakaan.

Jun Sakata. Saya belum mengenal siapa beliau sebelumnya. Namun saat melihat namanya, saya menebak dia adalah orang Jepang. Dan tebakan saya benar. Ia adalah orang Jepang. Yes!

Mau tahu dengan lengkap Ia siapa? Lihat aja foto di bawah ini. Semoga terlihat jelas ya.

IMG20170704164240

Seniman Jepang yang sudah lama tinggal di Bali ini sedang mengadakan pameran di Taman Ismail Marzuki. Karya yang dipamerkannya ada dua, yaitu lukisan dan instalasi. Uniknya, teknik dan bahan dalam membuat karyanya tidak biasa.

Bahan utama untuk menghasilkan lukisan adalah banana paper alias kertas pisang. Pelepah batang pisang adalah bahan utamanya. Bagian pisang ini memang jarang dimanfaatkan. Saat panen, biasanya yang diambil hanya buahnya saja dan daunnya. Batang pisangnya hanya dibuang begitu saja.

Cobalah iseng-iseng saya searching di mbah google. Ada warga Bandung yang kembangkan kertas berbahan baku batang pisang. Kertas pisang ternyata menarik minat pasar baik dalam maupun luar negeri (Republika, 2015).

Ada pula warga bogor yang  membuat art paper menggunakan batang pisang. Art paper berbahan batang pisang ini dapat digunakan untuk boks, memo, kartu undangan bahkan bisa digunakan sebagai kap lampu agar sinar lampu lebih redup (Kompas, 2009).

Ternyata ada yang melakukan riset tentang pembuatan banana paper. Salah satunya kelompok mahasiswa dari UNDIP yang membagikan hasil praktikumnya di kompasiana. Judulnya: Produksi Kertas Berbahan Baku Batang Pisang dengan Menggunakan Jamur Pelapuk Putih sebagai Kadar Lignin.

Mereka mencoba melakukan pemutihan dengan jamur pelapuk putih. Karena biasanya melakukan pemutihan (bleaching) kertas dengan klorin dan limbahnya dapat mendegradasi kulaitas lingkungan. Oleh karena itu salah satu alternatifnya proses bleaching menggunakan Jamur Pelapuk Putih yang lebih ramah lingkungan.

Di India dan Pakistan juga sudah ada yang melakukan riset tentang banana paper. Batang pisang dinilai memiliki bahan selulosa yang tinggi. Kemudian kandungan lignin yang ada didalamnya  mudah dipisahkan walaupun tanpa proses bahan kimia.

Namun untuk pameran ini Jun Sakata membuat sendiri banana paper. Caranya pelepah pising dibikin bubur, kemudian dipress dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Semua proses itu dilakukan secara manual, sehingga tidak hanya membutuhkan kesabaran tetapi juga memerlukan pemahaman sejati dan penghormatan terhadap alam.

Kemudian untuk bahan pewarnanya menggunakan oil pastel, sum ink (Chinese ink) dan Kakishibu (persimmon tannin juice). Teknik yang digunakan bukan hanya melukis seperti biasa. Ia menggores permukaan pastel minyak atau memotong banana paper menjadi potongan-potongan kecil kemudian menempelkannya.

IMG20170704164433
Warmth (100x120) - Jun Sakata

Lukisan tersebut memiliki tekstur karena ada potongan-potongan kertas yang ditempelkan.

IMG20170704164719 
[caption] Memory -Jun Sakata-[/caption]

Lukisan diatas memang sepertinya terlihat sangat simpel. Tapi kalau saya membaca sastra, Ia bagaikan sebuah puisi yang perlu pemahaman tinggi.

IMG20170704164824
Harmony -Jun Sakata-

Karya ini memiliki detail yaitu potongan-potongan kertas pisang yang ditempel. Kalau dilihat secara seksama, potongan-potongan yang berbeda ukuran itu ditempel sehingga membentuk pola tertentu.

IMG20170704165203
Atas: Breeze, Bawah: Calmness -Jun Sakata-


Melihat karya ini saya seperti bermeditasi. Garis dan warna yang ada di lukisan ini memberikan sebuah efek tertentu pada jiwa saya.

IMG20170704165323
Calm -Jun Sakata-

Potongan-potongan kertas pisang yang membentuk berbagai macam pola memberikan ketenangan bagi yang melihatnya. Saya mencoba mencium lukisan ini. Ternyata bau cat. Saya kira masih ada bau pisang-pisangnya gitu.

IMG20170704165447
Sound -Jun Sakata-

Mengapa karya ini diberikan judul Sound? Ada yang bisa memahami?

IMG20170704165846
Quite, Gladness, Desire, Friend. - Jun Sakata-


Yang saya masih belum paham mengapa karya yang paling kanan diberikan judul friend?

IMG20170704170012
Friendship -Jun Sakata-

Kalau lukisan friendship ini saya sedikit paham.

Instalasi

IMG20170704164903

Jun Sakata melahirkan karya ini merupakan sebuah penghormatannya terhadap alam dan mencoba memadukan antara budaya Bali dan Jepang. Jujur tidak semua karya bisa saya pahami. Tapi memang sebuah karya seni tidak semua harus dipahami tapi untuk dinikmati. Entah pemahaman saya salah atau benar, tapi itu yang saya baru pahami.

Foto disini tidak semuanya ditampilkan. Bagi kamu yang ingin lihat pamerannya masih ada sampai tanggal 12 Juli 2017 di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.



Sumber bacaan:

  1. Republika.co.id judul: Warga Bandung Kembangkan Kertas Pisang, Diposting: Senin , 3 Agustus 2015, Pukul 09.19 WIB.

  2. Kompasiana. Produksi Kertas Berbahan Baku Batang Pisang dengan Menggunakan Jamur Pelapuk Putih sebagai Penurun Kadar Lignin. M. Taqiyuddin1*, Reza Alviyani1, , Nining S1, Novia Nurul R1, Nuraina Puspadewita11 Jurusan DIII Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

  3. Kompas. Kertas Unik dari Batang Pisang. Diposting: 16 Maret 2009 Pukul 11:32 WIB.

  4. Husain, I & Tarar, M.O. 2014. Pulp and Paper Making by Using Waste Banana Stem. Journal of Modern Science and Technology. Vol 2. 36-40.

  5. Kumar, A., Singh, B.P., Jain, R.K., Sharma, A.K. 2013. Banana Fibre (Musa Sapientum) : A Suitable Raw Material for Handmade Paper Industry via Enzymatic Refining. International Journal of Engineering Research & Technology ( IJERt). Vol 2. 





Komentar

  1. Saya juga suka melihat karya seni. Sbg sarana tuk refreshing

    BalasHapus
  2. asik ya mas Adi melihat karya seni itu. :)

    BalasHapus
  3. aku suaknya yang kontemporer dan amsih bsia dinikmati kalau yg abstrak suka gak ngerti apa maksud senimannya

    BalasHapus
  4. hihihi emang kalau abstrak itu sukar dimengerti.

    BalasHapus

Posting Komentar